Caraku MencintaMu
Kedamaian hidup, Begitulah yang diujarkan sang filsuf Akan tujuan sebuah kata Yang sering terpahami hanya sampai pangkal lidah Begitulah tampaknya, Itu bukanlah ceritera ceritera anak muda Yang tengah mengadu nafsu Melainkan sebuah rasa yang menggelegar terbenam di dalam jantung Setiap detaknya menunjukkan kesetiaan yang tidak pernah terputus Mengharap kedekatan denganMu Rasa itu pun beranekaragam Tidak begitu saja homogen Sama rata oleh manusia manusia Namun, terkadang mereka memaksa Untuk menjadi satu Ah, entahlah Kata itu adalah cinta, Yang sering dipahami sebagai sampul sebuah buku berwarna meriah Namun, isinya masih putih kosong Belum tergores pena Entahlah, Caraku mencintaMu ibarat buku bersampul polos yang tidak menarik sedikitpun, Dengan isi berupa coretan coretan pena Yang entah membuat orang lain merasa bingung Di dalam buku itu, Aku hanya selalu menulis Maha Besar Engkau, Tuhanku Refleksi akhir Ramadhan pada 15 Agustus 2012