Postingan

Caraku MencintaMu

Kedamaian hidup,  Begitulah yang diujarkan sang filsuf  Akan tujuan sebuah kata  Yang sering terpahami hanya sampai pangkal lidah  Begitulah tampaknya,  Itu bukanlah ceritera ceritera anak muda  Yang tengah mengadu nafsu  Melainkan sebuah rasa yang menggelegar terbenam di dalam jantung  Setiap detaknya menunjukkan kesetiaan yang tidak pernah terputus  Mengharap kedekatan denganMu  Rasa itu pun beranekaragam  Tidak begitu saja homogen  Sama rata oleh manusia manusia  Namun, terkadang mereka memaksa  Untuk menjadi satu  Ah, entahlah  Kata itu adalah cinta,  Yang sering dipahami sebagai sampul sebuah buku berwarna meriah  Namun, isinya masih putih kosong  Belum tergores pena  Entahlah,  Caraku mencintaMu ibarat buku bersampul polos yang tidak menarik sedikitpun,  Dengan isi berupa coretan coretan pena  Yang entah membuat orang lain merasa bingung  Di dalam buku itu, Aku hanya selalu menulis Maha Besar Engkau, Tuhanku  Refleksi akhir Ramadhan pada 15 Agustus 2012

Opini Bebas #5

Marhaban Ya Ramadhan, begitulah yang bisa terucap kala memasuki bulan  suci Ramadhan. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam untuk  meningkatkan kesadaran secara vertikal dan horizontal, dan bulan  kontemplasi untuk sebuah hidup yang berkualitas. Namun, bagi  kebanyakan masyarakat, Ramadhan justru disikapi dengan cara hidup  konsumerisme dan hedonisme. Betapa tidak, di bulan Ramadhan ini,  masyarakat kebanyakan justru menghambur memenuhi pusat-pusat  perbelanjaan untuk berburu kebutuhan perut, tidak tanggung-tanggung  mungkin, jika di bulan selain Ramadhan, mereka hanya membelanjakan  uangnya sekian ribu, maka di bulan Ramadhan ini bisa berkali-kali  lipat. Seperti ajang balas dendam setelah seharian perut kosong.  Lantas bagaimana dengan kesederhanaan dan kesahajaan yang diajarkan  oleh sekolah yang bernama Ramadhan ini?  Rasa-rasanya inilah budaya modern umat manusia, budaya konsumerisme  dan hedonisme yang entah diajarkan oleh siapa. Entah mengakar sendiri  ataukah budaya ikut-

Opini Bebas #4

Puasa Ramadhan sebentar lagi, beberapa bahkan telah menjalankannya.  Begitu banyak hal yang dapat dipetik dari puasa Ramadhan untuk  kehidupan manusia di dunia dan hasilnya nanti di alam akhirat.  Ramadhan mengajari bagaimana menjalani hubungan terhadap Allah SWT  yang lebih mendalam, serta hubungan terhadap sesama manusia dan  hubungan terhadap alam yang harmonis. Ramadhan merupakan masa training  dan pemusatan latihan, jika boleh dibilang. Masa training untuk  menjadi pribadi-pribadi yang mampu melaksanakan ketiga hubungan  tersebut di atas, sehingga menjadi pribadi muslim yang luar biasa,  baik di dalam bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan. Menurut Gus  Solah, berpuasa Ramadhan akan menciptakan kesalehan-kesalehan,  diantaranya adalah kesalehan ritual, kesalehan sosial, kesalehan  profesional, dan kesalehan terhadap alam.  Jika saat ini, lingkungan hidup masih menjadi isu yang setiap hari  semakin menghangat, maka ada baiknya di bulan Ramadhan ini, setiap  individu muslim juga

Opini Bebas #3

Negara hijau-biru, sebuah nama yang sepertinya patut disematkan di  pundak negara Indonesia, di masa lalu. Mengapa hijau dan biru?,  lantaran peta dari foto satelit biasanya menggambarkan warna hijau dan  biru untuk gugusan kepulauan NKRI. Hijau menandakan vegetasi hutan dan  biru menandakan wilayah perairan. Namun, muncul keraguan saat ini,  lantaran foto satelit untuk wilayah Indonesia memperlihatkan alopesia  berwarna coklat, abu-abu, dan kekuningan diantara warna hijau. Bahkan  tampaknya di waktu sekarang ini, alopesia tersebut bertambah meluas  dan dikhawatirkan beberapa tahun ke depan, hijau dan biru akan  digantikan oleh warna coklat dan abu-abu. Lantas apa artinya?,  kegersangan akan melanda negeri ini.  Warna-warna tersebut hanyalah ibarat, fakta di lapangan, negara  Indonesia telah mengalami kehilangan vegetasi hutan tropis yang sangat  besar, baik kualitas dan kuantitasnya, menurut data, hutan kita hilang  sebesar 3 hektar permenitnya. Bahkan mungkin, hutan tropis yang  ter

Opini Bebas #2

"Galau" tampaknya bukan hanya tengah melanda anak-anak ABG dan remaja  negeri ini, tetapi penyakit "galau" rasa-rasanya telah menginfeksi  negara-bangsa Indonesia. Di masa Pax consortis, dimana republik ini  cukup berperanan di dalam ekonomi dunia, banyak warga negaranya justru  tengah dilanda kegelisahan akan masa depan nation-state Indonesia.  Kekhawatiran akan kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan masih saja  menghantui setiap individu-individu bangsa Indonesia. Inilah Negara  Kesatuan Republik Indonesia, sebuah negara-bangsa dengan wilayah yang  menjembatani dua benua dan dua samudera, serta dengan berbagai masalah  sosial-budaya-ekonomi-lingkungan yang belum kunjung terselesaikan.  Seperti yang dituliskan Paulinus Yan olla di dalam rubrik Opini Kompas  tertanggal 20 Februari 2012, jauhnya jarak antara klaim keberhasilan  pembangunan ekonomi makro oleh pemerintah dan tetap minimnya  kesejahteraan masyarakat pada umumnya telah memicu ketidakpuasan  publik. Tam

Opini Bebas #1

Ada yang bilang, negara ini kekurangan stok negarawan. Mungkin ada  benarnya, dan mungkin juga tidak begitu, hanya belum dipertemukan  saja. Lantas apakah begitu berwarna-warninya partai-partai politik dan  banyaknya sosok-sosok di gedung DPR-MPR belum cukup dikatakan sebagai  stok negarawan di Indonesia?, mungkin, tetapi sepertinya mereka bukan  tipikal negarawan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud  negarawan adalah ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan) dan  pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara  dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan  kebijaksanaan dan kewibawaan, bisa dikatakan bahwa beliau merupakan  pahlawan besar dan agung. Lantas siapakah mereka yang ada di parlemen  dan pemerintahan?, entahlah.  Gampangnya, jika mereka yang ada di parlemen dan pemerintahan tidak  mempunyai ciri negarawan seperti yang ada dalam KBBI, maka bisa  dibilang mereka bukanlah negarawan. Lal